Sudah lama aku ngga ‘numpang’ curhat di blog punya temanku ini hehe. Banyak yang terlewati, tapi aku ngga sempet (lebih tepatnya bingung gimana nulis permulaannya haha) intinya aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya yang menyayangiku. Beberapa teman dekatku, salahsatunya pemilik dari blog ini sangat mengetahui dengan detail mengapa aku mengakhiri hubunganku dengannya. Pointnya adalah, aku tidak ingin semakin membuatnya sakit hati karena aku membohongi diriku sendiri untuk menyayanginya.
Aku kembali dengan rutinitas yang sangat padat. Karena aku mengikuti dua organisasi kampus dan keduanya sedang mengadakan acara yang memaksa aku untuk sibuk kedalamnya. Sosok mood booster ku adalah pemilik ‘si merah’, sahabatku. Semenjak dia mengetahui aku sudah kembali menjadi anak perempuan yang bebas dan tidak terikat (naoooon) kami menjadi seperti yang dulu lagi. Tidak terlalu berbeda, kecuali statusku. Bertemu, canda tawa, bercerita dengannya seperti ada energi yang sangat positif masuk dalam diriku. Aku menjadi bersemangat menjalani rutinitas, tidak mudah mengeluh, dan selalu tersenyum. Paling tidak, aku harus bertemu dengan pemilik ‘si merah’ ini sekali dalam sehari. Ternyata mengobrol atau sekedar melihatnya pun menjadi motivasi dan dorongan yang besar untuk menjalani hari-hari dengan riang.
Ketika aku dalam keadaan terpuruk, tidak bersemangat, dan sangat membutuhkannya terkadang dia seperti mengulurkan bahunya untuk aku bersandar walaupun itu bukan terjadi secara fisik. Seringkali ia memberikan nasihat yang sebenarnya kata-kata yang terucap tidak enak didengar, namun aku tau dia mendukungku. Suatu ketika aku tidak bertemu dengannya selama 10 hari. Aku tau ibu dan neneknya baru saja menjalani operasi, dan dia meminta doa lewat pesan singkat untuk kelancarannya. Memberikan semangat, kata-kata yang alakadarnya untuk memotivasi, mengingatkan untuk solat, setidaknya dia tau jika aku selalu ada untuknya dalam kondisi apapun. Kembali lagi ke topik 10 hari aku tidak bertemu dengannya. Aku seperti orang ‘sakau’, kecanduan obat-obatan terlarang. Setiap aku kekampus, selalu menyempatkan diri ketempat parkir, untuk melihat motornya ada atau tidak. Ternyata tidak, aku tertunduk lesu. Aku tidak ingin menanyakan padanya langsung apakah dia mau kekampus atau tidak, aku gengsi. Setiap hari aku memikirkan alasan yang cocok sekedar basa-basi untuk mengirim pesan singkat padanya, akhirnya aku dapat. “anterin aku yu besok beli kado buat bapak ulangtaun. Aku pengen ngsh kado euy” kira-kira begitu isi pesanku, SEND. Aku cemas menunggu balasannya, beberapa menit kemudian “aduh aku baru bangun tdr, lagi sakit, ga arenak badan, hareeng,pusing :s gatau, I.Allah ya besok juga gatau kkmpus/ngga,td aja ga kekampus” ternyata dia lagi sakit, seketika aku sangat khawatir dengannya. Mama dan neneknya pun sedang dalam keadaan yang tidak sehat, sedangkan dia harus merawat dua sosok wanita tangguh dalam hidupnya. Seharusnya aku bisa maklum bukannya mengajak dia untuk mengantarkanku, sesal yang aku rasakan.
Tiba lah hari senin, aku sudah benar-benar ‘sakau’ ingin segera bertemu dengannya. Bayangkan, 10 hari tidak bertemu? Seharusnya kami bisa bertemu dalam kelas, tapi ya begitulah. Suatu ketika selesai solat, aku ke fakultas untuk mencari adik angkatanku. Tiba-tiba dari arah tangga ada seseorang yang merangkul ke leher dengan keras, ketika aku melirik ternyata dia, pemilik ‘si merah’ yang aku rindukan selama 10 hari belakangan! Aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku, aku tarik tasnya dan bertanya “eeeh mau kemanaaa?” dia hanya jalan santai, bilang “apa sih, lepas tas aku ih” terselip senyum yang seperti mengisyaratkan dia senang bertemu denganku #NGAREEEEP HAHAHA. Kami berbincang-bincang sejenak lalu ia pergi menghampiri temannya dilapangan basket. Seketika mood aku menjadi baik, yang awalnya lelah, ngga bersemangat karena baru menyelesaikan SG, berkat dia aku kembali menjadi bersemangat :”> mengintip dari jendela BEM, ternyata masih ada di lapangan basket. Ah, benar-benar senin yang indah :’)
Hari selasa adalah hari favoritku. Karena apaaaa? Ada mata kuliah Komunikasi Politik hahahaha. Setiap mata kuliah ini, aku seringkali bercanda, ngobrol, pokonya bersama dengannya. Dan hari selasa-ku kali ini cukup baik :”>
Diawali saat aku sedang menunggu kelas bersama nadya, puti dan teman-teman yang lain, dia datang dengan segerombolan anak kelasku juga. Aku menyadari adanya dia, tapi aku pura-pura tidak sadar dan sibuk mengobrol dengan nadya dan puti. Tiba-tiba ada yang menjitak kepalaku, aku tau kalau itu dia dan aku raih tangannya lalu bilang “iih maneh” dengan wajah cuek. Dia menyadari jika aku memakai tas yang tidak biasanya aku pakai, tas ketek aku menyebutnya. Tersenyum setengah tertawa mengejek dia memandang kearahku. Waktu aku tanya aku pantas pakai tas ini atau ngga, dengan wajah cueknya dia menjawab “haha jelek. Ngapain pake tas begituan? Ga pantes” cemberut aku mendengarnya, padahal aku sendiri tidak nyaman dengan tas ketek ini. Didalam kelas kami duduk berjauhan, tapi tetap bisa saling menatap satu sama lain #eeeaaaaaa. Kelas komunikasi politik pun selesai, dilanjutkan dengan PAI4. Sebenarnya aku malas untuk masuk mata kuliah ini, tapi sambil nunggu rapat SM daripada gada kerjaan lebih baik masuk kelas. Pemilik ‘si merah’ bilang padaku kalau dia akan masuk kelas PAI, aku semakin girang. Melihat jam, menengok pintu, dia tak kunjung datang. Aku kesal, dan kupikir dia takkan datang. Sebentar kemudian datang segerombol perempuan, yang didalamnya ada dia dan wanita yang sempat dekat dengannya. Melihat itu aku semakin kesal, tatapanku dingin.
Aku duduk dilantai dekat kakinya karena aku sedang men-charge ponselku. Sebenarnya aku berniat tidak peduli padanya, tapi dasarnya aku ngga bisa cuek ya begitulah. Saat aku ini beranjak, dia menahanku dengan kekuatan tangan yang sangat sangat keras sambil tertawa meremehkan. Namun akhirnya aku dilepaskan. Kelas pun berakhir ketika turun tangga, dia menjaili ku terus menerus, dan aku menikmatinya :”> walau terkadang kelewatan. Waktu dilantai terakhir dia bilang “aku bawa si merah da” sambil memperlihatkan kunci motor dan tersenyum. Aku menyambut dengan girang “wah iya? Bagus-bagus. Mendingan naik si merah lah hahaha” lalu dia pergi ke parkiran, tapi ngga pamit padaku, melainkan orang lain –‘
Meskipun hanya bertemu sebentar, dia sangat berpengaruh besar dalam menaikkan mood aku yang awalnya nol menjadi 100. halo pemilik ‘si merah’ you are my mood booster :’)
"pengalaman seorang teman yang tidak ingin disebutkan namanya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar