Abi, adalah seorang anak berusia 12 tahun yang sangat kesepian. Dia tumbuh menjadi anak yang pendiam semenjak ayahnya meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Suatu ketika saat ia tengah bermain di sebuah lapangan yang luas sekali, ia menemukan sebuah pohon yang sangat rindang. Pohon itu mampu memberikan keteduhan kepada anak itu. Abi pun senang sekali bisa menemukan pohon itu. Di mana ia bisa bermain, tertidur pulas, bahkan mengerjakan pekerjaan rumah.
Semenjak ia bertemu dengan sang pohon, Keceriaannya mulai tumbuh kembali. Dan si pohon pun baru menyadari kalau ternyata Abi adalah anak yang periang.
Semakin hari Abi dan sang pohon semakin dekat. Abi selalu menceritakan kejadian–kejadian yang ia alami di luar sana. Ia mulai merasa nyaman dengan sang pohon. Ia menganggap sang pohon layaknya seorang manusia. Tapi tanpa Abi sadari sang pohon ternyata dapat merasakan kehadiran dan perasaan Abi setiap kali anak itu mengunjunginya untuk bercerita tentang semua hal padanya.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kemudian berganti. Kini Abi telah tumbuh dewasa. Ia mulai mengenal teman-teman baru dan dunia luar. Ia sudah jarang mengunjungi sang pohon yang mulai menua. Sang pohon mulai kembali kesepian, ingin rasanya ia beranjak dari tempatnya dan menemui sang sahabat. Tapi apalah daya ia tak bisa pergi kemana pun. Ia hanya bisa menunggu dan berharap sahabat kecilnya kembali dan berkata “I Love You”. Tapi sang pohon kemudian tersadar bahwa mereka berbeda kehidupan. Usin adalah manusia yang tak mungkin jatuh cinta pada sebatang pohon yang mulai menua karena usia.
Pohon itu terus menunggu dan menunggu berharap Abi datang untuknya. Tapi orang yang diharapkan tak kunjung kembali. Sang pohon yang sudah semakin tua itu tetap setia menunggu Abi yang tak pernah kembali. Semakin hari keadaan si pohon semakin memburuk. Ia mulai merontokkan daun-daunnya dan kemudian pohon itu mati karena kekeringan dan kesepian.
Awal pertemuan,
“Halo pohon, kenapa kamu sendirian? Dimana teman-temanmu?” tanya Abi pada sang pohon.
Pohon itu tidak mejawab.
“Kita sama, aku juga sendirian. Tidak ada teman yang mau bermain denganku.”
Pohon itu tetap bergeming.
“Bagaimana jika kita berteman? Apa kau setuju?” Ujarnya lagi. meskipun ia tahu pohon itu tetap tidak akan menjawab.
“Apa kamu punya nama? kalau tidak kamu akan ku beri nama, tunggu sebentar.” Kemudian Abi mengambil sebuah batu kecil.
Ia mulai mengukirkan sesuatu di badan pohon itu. Ia menuliskan sebuah nama untuk sang pohon. Dan pohon itu Abi beri nama ANNA.